Senin, 04 November 2013

Apa kita bisa seperti dulu?

Mungkin kau sudah baca tulisanku mengenai kesedihan yang selalu kau anggap sedikit berlebihan itu. Mengapa kamu begitu mudah menikmati perasaan sedihku? dan melarikan segalanya ke dalam kesibukanmu? seharusnya setelah kau tinggalkan dengan kesibukanmu; itulah kesempatan ku bisa belajar banyak hal, menjadi lebih dewasa dan bijak.

Sayang, jangan dikira aku tak memperhatikan dan mengkhawatirkanmu, diam-diam aku memerhatikan dan diam-diam pula mendoakanmu mendoakan kita. Saat jam-jam segini, aku sering mengintip lini waktu akun Twitter-mu, mencari-cari adakah sosokku dalam ketikanmu, dalam nyanyianmu? Sambil meningmati secangkir teh hangat, tapi teh ini tak semanis dan hangat seperti buatanmu, buatanmulah yang paling enak, tapi kenapa sekarang kau seperti membenciku? menjauhiku?
aku berusaha keras menulis ini. Semoga apapun yang kukatakan secara jujur di sini, tak akan membuatmu kecewa. Aku kuliah di Jogja, dengan budaya Jawa yang sangat kental, tapi di sini aku tak akan memberi sanepa atau kode atau isyarat seperti kamu selalu memberiku bahasa-bahasa perasaan aneh itu lalu memintaku menerjemahkan segalanya. aku bingung dengan perasaanmu tapi entah mengapa malam ini aku sangat merindukanmu. Di ponselyang ada di samping komputer-ku ini, yang  digunakan untuk menerima telepon dan membaca pesan singkatmu, ada banyak kenangan yang tak bisa kulupakan. Jangan dikira aku sudah melupakanmu, di ponsel ini masih ada pesan singkatmu, masih ada nomor kontakmu, dan masih saja kubiarkan kata-kata sayangmu di pesan singkat; abadi dalam kotak masuk. Sayang, aku pun sebenarnya rapuh, tapi aku tidak seperti kamu yang bisa dengan mudah memendam kerapuhanmu pada dunia. Aku tidak bisa seperti itu, aku pria dan aku dituntut untuk menerima semua rasa sakit tanpa harus menujukkan air mata. Kuharap kamu memahami itu, Sayang, agar kautak selalu menyalahkanku atas perpisahan ini. Detik ini, wajahmu mampir di otakku. Saat kamu membawakanku makan makanan yang pedas, aku tak bisa melupakan wajah ceriamu, lomba rujak bebek yang sangat pedas. Senyummu sangat manis kala itu, jilbab coklatmu, seragam pramuka dan jam tangan hitamu. Tinggimu yang sebahuku membuatku begitu mudah untuk meraih bahumu, aku langsung memegang kepalamu. Tahukah kamu saat itu aku sangat ingin mengatakan sesuatu  dan membawa pergi berkeliling lalu melihat acara music jazz di moka meski tak jadi :(

seperti perjanjian kita mengenai hal yang akan kulakukan ketika pertama kali bertemu kamu. Tapi, aku canggung. Aku tidak berani menyentuhmu terlalu lama dan tak berani bilang bahwa aku sangat bahagia saaat mendengar dan melihat kamu bernyanyi

Dan, ketika melihatmu, pertama kali melihatmu, aku sadar kamu terlalu tinggi untukku, kamu terlalu sempurna untuk sosok sederhana seperti aku. Sayang, inilah rasa sakitku yang tak kaupahami, yang selalu kauartikan bahwa aku pergi karena aku tidak mencintaimu lagi. Aku menyesal telah pergi meninggalkanmu, aku menyesal telah meminta status kita yang sempat spesial harus kembali lagi menjadi status ntah di sebut apa Kupikir, untuk saat ini, hal itulah yang terbaik. Aku belum siap menghadapi gemerlapnya kamu. Aku takut silaunya duniamu membuat aku tak siap menghadapi apapun yang akan menerjang hubungan kita kelak. Aku masih belajar menjadi pendampingmu, menjadi kekasih yang kisahnya harus selalu kaubawa dan kau nyanyikan. Jadi, kuizinkan wanita itu masuk ke dalam hidupku, wanita yang selama ini mengajarkanku arti semangat, mencintai dan ketulusan dalam hidupku. Dia hanya pelajar SMK biasa, Sayang, itu kamu, penyanyi dan juga  penulis lagu, bagiku kamu yang terhebat..

Tapi, aku tidak bisa seperti kamu, aku sangat kuat begadang saat menulis ini waktu menujukan pukul 2 dini hari, aku tidak mengerti jalan pikiranmu tapi aku selalu belajar ntuk mengerti jalan pikiranmu. Saat kita membiacarakan betapa dekatnya kita dulu, bisa menghabisakan beberapa judul lagu bernyayi via ponsel, berjam-jam, Mau berapa albumpun kamu siap..
hahaha, manis ya kita dulu. kenapa harus ada perasaan ini?
kamu mau tau kenapa prasaan itu bisa tumbuh?
saat kita sangat dekat bercerita tak ada satu wanita yang mendekatiku membuatku tersenyum dan menyemangatiku, maka prasaan itupun tumbuh untukmu karena kamulah yang menemaniku slma ini..
tapi kamu tidak, berbeda dengan kamu sayang. Banyak pria yang ingin membahagiakanmu mencintaimu, tapi aku tak pernah masuk dalam hitungan dan penglihatanmu. Aku mencintai ketidak sempurnaanmu :')

aku jadi rindu sosokmu yang blak-blakan. Aku rindu kamu yang beberapa kali membantuku menyelesaikan tugas kuliah dengan semangatmu. Ah, kita sama-sama sedang belajar, namun kau jauh sekali di sebrang kota sana. Aku berusaha mencari-cari sosokmu dalam diri ku, namun kau tak ada di sana, kamu hanya satu di dunia. Dan, perempuan tegas dan kuat hobi bernyanyi dan berdawai dengan gitar tapi bisa membuatku nyaman selama ini hanyalah kamu. Kamu yang saat ini berusaha menjauhiku, berusaha membenciku, dan berusaha membunuh dalam hati. Kita telah berpisah dan smoga aku tak ingkar janji. Aku pernah berjanji ingin mengajakmu kejogja, berkeliling hingga larut malam sampai kau bertanya mengenai udara Jogja yang semakin malam semakin dingin. Itu masih dalam khayalanku. Khayalan yang kautolak mentah-mentah, dengan tawa pecah, ketika aku ungkapkan keinginan itu padamu. Wahai gadisku yang senang bernyanyi dan berdawai, meskipun kita tak lagi bersama, maukah kau datang ke Jogja atau masikah boleh aku berkujungkung ke Bandar Lampung ; supaya aku tahu, apa yang sesungguhnya kau cari selama ini? Apakah kau ingin tahu bahwa aku ingin seperti dulu atau kamu hanya menginginkan kisah kita untuk jadi bahan tulisanku, bahan tawaanmu?
ayolahh.. aku rindu kita yang dulu...


Aku merindukan kita yang dulu...
Aku hanya ingin kita seperti dulu..
dan smoga mimpi buruk yang kakak ceritakan itu tak menjadi nyata
sekarang cuma bisa ngeyakinin diri
"
Wipe your tears and tell yourself that life must go on.."

Tidak ada komentar: