Untuk wanita yang tak mengira, bahwa
saya masih mencintainya...
Aku tak pernah menyangka bahwa kita bisa
berada sampai titik ini. Pertemuan itu, akhir bulan Februari dua ribu tiga
belas, aku percaya tentang dunia yang berkonspirasi hanya untuk mempertemukan
dua orang yang saling tak tahu dan tiba-tiba bisa punya perasaan rindu. Aku
menyadari itu, namun aku tak pernah tahu apakah hatimu sama membiru seperti
aku.
Aku pun juga tak tahu, apa ini cinta atau
hanya rasa nyaman yang terlalu berlebihan? Apa ini mabuk kepayang atau hanya
ketertarikan sesaat? Tapi, kalau kauingin tahu, akan aku bisikkan sesuatu.
Setiap malam, setiap kausapa aku lebih dulu,
dan setiap jengkal detik yang kita gunakan untuk tertawa walau tanpa suara; aku
sungguh menghargai saat-saat itu. Sejak kamu masuk dalam daftar orang yang
kusebut dalam doa, kamu sudah berada di sana, di hatiku; yang dulu kuyakini tak
akan lagi dihuni wanita seceria dan sekuat kamu.
Kuterima setiap diammu dengan cuma-cuma,
kubalas sikap dinginmu tanpa banyak suara hanya dengan kata-kata tak bermakna,
Kuhargai semua bisumu yang hanya bisa munculkan tanya. Aku ingin tahu, apa
sesungguhnya yang ada dalam hatimu?? beberapa bulan lalu, aku masih ingat kita
pernah begitu hangat. Tak ada panggilan sayang, tak akan panggilan cinta, dan
tak ada ungkapkan perasaan. Tapi, kupikir semua itu tak kita butuhkan, aku dan
kamu sudah begitu asik dengan yang kita jaga selama ini. sebentar, kita jaga?
Apakah memang benar-benar kita jaga? Ataukah hanya aku yang berjuang menjaga
“kita” sendirian? Dan, enggan berhenti sebelum kesakitan, sebelum terlalu lelah
dan tuhan memutuskan memanggilku pulang!
Aku ingat percakapan kita kala itu, kata-kata
di dalamnya tak pernah kulupa. Kalau aku bisa minta pada Tuhan untuk menyimpan
semua dengan sangat rapi dan bisa mengulang peristiwa manis itu untuk kesekian
kali, aku tak segan-segan berkorban apapun; asal kita bisa seperti dulu lagi.
Tidak menjauh seperti ini. Ingat apa yang kulakukan ketika malam ulang tahunmu
di awal februari? Itulah hal yang kusesali selama ini, aku masih terlalu takut
bertemu dengan untuk mengucapkan semua doaku di depanmu. Lalu, kulakukan hal
sederhana yang bisa kulakukan. Aku tak tidur hingga larut malam, pukul 00.00
segera kukirimi kaupesan singkat, pesan yang kaubalas seadanya, dan memintaku
agar Lala karmela memberi ucapan selamat ulang tahun yang ke17 via twitter. Aku
merasa bersalah, sungguh. Kalau aku cukup berani mengatakan semua, kalau aku
tak berada jauh darimu, kalau kita punya status lebih ini tentu kubawa kaudalam
pelukan. Kubiarkan kaudengar detak jantungku, helaan napasku, dan desir aneh
yang kurasakan ketika aku berada di dekatmu.
Tapi, sekarang bukan lagi seperti dulu. Kamu
tiba-tiba menjauh tanpa alasan yang tak kupahami. Aku ingat, berapa minggu ,
kita tak ada lagi komunikasi. Kabarmu hanya kucuri-curi dari akun Twitter,
beritamu hanya kudengar dari hasil bertanya ke sana dan ke sini. Jujur, kalau
kaumau tahu, aku tersiksa beberapa minggu ini. Terutama ketika melihatmu tanpa
bisa aku sentuh, ketika menerima kenyataan bahwa kita telah berbeda. aku melihatmu
setiap hari, setiap hari juga kulihat sosokmu yang tak bisa kusentuh, setiap
hari juga aku terus bisu—berusaha tak bertanya soal perubahan sikapmu yang
membuatku hampir meledak karena tak kunjung mengerti pikiranmu. Apa yang bisa
kulakukan agar aku tetap bertahan? Kularikan rasa rinduku ke dalam tulisan. Di
sana aku bisa menangis pilu tanpa membuat tuli telingamu. Aku rindu kamu dan
kamu nampaknya tak pernah tahu betapa selama hampir sebulan ini, aku tak bisa
berbuat banyak selain menunggu kamu bicara lebih dulu. Aku selalu kuat terdiam,
meskipun rasanya ini bodoh, entah mengapa aku tak ingin melupakanmu. Kalau aku
punya keberanian lebih, rasanya aku ingin bertanya sesuatu padamu. Seberapa
butakah matamu sehingga kautak melihat perhatianku? Seberapa matinya perasaanmu
hingga kautak sadar ada seseorang yang berjuang untukmu? Mengapa kaumudah
mengakhiri yang kupikir bisa berjalan lebih lama dari ini? Kamu ini tega
sekali, kamu tahu tidak rasanya jadinya pria yang memikul beban karena cintanya
bertepuk sebelah tangan? Apa kamu tahu rasanya jadi aku, yang terus
bertanya-tanya soal perasaanmu? Apa kautahu rasanya bertemu dengan orang yang
kaucintai, namun kauharus bertingkah seakan tak ada rasa, seakan kausudah lupa,
seakan semua tak pernah terjadi? Kualami rasa sakit itu setiap hari, setiap
kulihat kau TERDIAM ..
dengan sikap keras, cuek dan tak sempurnamumu saja aku masih bisa mencintaimu..
dengan sikap keras, cuek dan tak sempurnamumu saja aku masih bisa mencintaimu..
“setiap pertemuan pasti ada perbisahan
cepat atau lambat pepatah ini akan terjadi pada siapapun,
termasuk aku iya, tentu ada air mata tentu saja ada semilir duka
tapi aku percaya semua ini akan terlewati
aku juga manusia biasa punya rasa rindu yang menggebu
aku rindu, aku rindu aku yang utuh bersama dirimu
memang semua tak lagi sama tapi, aku percayalah ini yang terbaik..
jangan ada benci apalagi caci, kita telah dewasa!
bukankah dewasa siap melepaskan dan merelakan,
kita masih bisa bertemu dalam nyata atau dalam doa
kita masih masih bisa membahagia
dalam peluk dalam tawa semanis dulu
ini bukan kepergian,
kita sama-sama ingin meraih tujuan..
tolong, tolong jangan anggap ini perpisahan.
hanya raga kita yg berpisah tapi hati ini masih bertautan.
tubuhku tak lagi didekatmu..
tapi izinkan aku menyelamatkan hati bersamamu
agar perbedaan ini tak menjadi bumerang untuk saling menyakiti,,”
dari seseorang yang kau anggap perhatiannya
hanya permainan
yang kaupikir cintanya hanya bualan..
SEMOGA KITA CEPAT MENJADI DEWASA :')
yang kaupikir cintanya hanya bualan..
SEMOGA KITA CEPAT MENJADI DEWASA :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar